Bahtera Nabi Nuh yang selesai dibuat itu cukup besar untuk menampung beberapa pasang "hewan jinak"
Terjelajahi~Sebuah replika dengan skala yang lebih kecil dari Bahtera Nabi Nuh
telah dibangun di Kerala, India. Uniknya, pembangunan bahtera itu
mengikuti relief yang tertulis dalam sebuah tablet tanah liat yang
dibuat di Mesopotamia Kuno 4000 tahun yang lalu.
Sebelumnya, kurator British Museum Irving Finkel berhasil memecahkan tulisan pada tablet kuno itu. Di dalamnya terdapat instruksi detail untuk membangun sebuah bahtera yang diduga milik Nabi Nuh. Dan yang mengejutkan, Bahtera Nabi Nuh ternyata berbentuk bulat.
Kini kapal raksasa yang disebut Coracle itu telah selesai dibangun sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada tablet dari Mesopotamia Kuno (sekarang Irak).
Finkel seperti dikutip Dream dari laman dailymail.co.uk, Senin, 15 September 2014, mengatakan replika Bahtera Nabi Nuh yang selesai dibuat itu cukup besar untuk menampung beberapa pasang "hewan jinak".
Dia mendapatkan tablet itu dari seseorang beberapa tahun yang lalu dan membutuhkan waktu selama 20 tahun untuk memahami isinya. Dikatakan, bahtera itu berbentuk bulat dan merupakan catatan pertama dari cerita banjir besar di Babilonia yang terkenal.
Sebelumnya, kurator British Museum Irving Finkel berhasil memecahkan tulisan pada tablet kuno itu. Di dalamnya terdapat instruksi detail untuk membangun sebuah bahtera yang diduga milik Nabi Nuh. Dan yang mengejutkan, Bahtera Nabi Nuh ternyata berbentuk bulat.
Kini kapal raksasa yang disebut Coracle itu telah selesai dibangun sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada tablet dari Mesopotamia Kuno (sekarang Irak).
Finkel seperti dikutip Dream dari laman dailymail.co.uk, Senin, 15 September 2014, mengatakan replika Bahtera Nabi Nuh yang selesai dibuat itu cukup besar untuk menampung beberapa pasang "hewan jinak".
Dia mendapatkan tablet itu dari seseorang beberapa tahun yang lalu dan membutuhkan waktu selama 20 tahun untuk memahami isinya. Dikatakan, bahtera itu berbentuk bulat dan merupakan catatan pertama dari cerita banjir besar di Babilonia yang terkenal.
Finkel menjelaskan bahtera yang disebutkan dalam tablet itu memiliki
dua tingkat - sebuah rumah di atas dek dan ruang untuk hewan di bagian
bawah.
Disebutkan pula bahwa bahtera itu dibangun dari 30 rusuk kayu dan 3.600 tiang penopang dan kemudian dilapisi dengan aspal. Menurut ahli rekonstruksi, bahtera yang asli memiliki luas setengah ukuran lapangan sepak bola dan dibangun dengan menggunakan tali alang-alang. Jika tali itu diregangkan, panjangnya mulai dari Edinburgh hingga ke London.
Kemudian tim Finkel menggunakan model komputer untuk menguji apakah bahtera dengan skala yang lebih kecil bisa mengapung dan berlayar di lautan. Tim membangun replika kecil mereka di Kerala, selatan barat India selama empat bulan. Dr Finkel mengatakan tim mampu mengikuti setiap petunjuk yang tertulis pada tablet dalam membangun replika tersebut.
Dalam membangun replika ini, tim tidak menggunakan alat-alat modern, perekat atau paku. Namun mereka hanya menggunakan kayu, bambu, daun kelapa dan tali alang-alang untuk menguatkan sambungan. Mereka benar-benar meniru apa yang telah dilakukan orang-orang Mesopotamia 4000 tahun yang lalu.
Seperti yang tertulis dalam tablet kuno, replika bahtera ini kemudian dilapisi dengan aspal di bagian dalam dan luar agar kedap air. Setelah selesai, replika tersebut memiliki berat sekitar 35 ton dan harus ditarik gajah untuk membawanya ke permukaan air.
Namun dalam peluncuran di air, terjadi kebocoran di lambung sehingga diperlukan pompa untuk menyedot air ke luar bahtera. Kendati demikian, Dr Finkel tetap merasa puas karena telah berhasil mewujudkan Bahtera Nabi Nuh secara nyata.
"Di Mesopotamia Kuno, mereka lebih mudah mendapatkan aspal dengan kualitas baik karena aspal keluar seperti sumber mata air," katanya. Sebaliknya tim harus puas dengan aspal India yang mudah mengering namun gampang meleleh saat terkena panas.
Finkel menyalahkan kualitas aspal yang rendah karena desain bahtera yang di tablet adalah kedap air dan menghasilkan kapal yang stabil. Dia memuji desain bahtera dalam tablet sangat efektif dan stabil untuk diajak berlayar.
"Jika kita bisa menggunakan aspal Irak dan menggunakannya dengan cermat dan hati-hati, mungkin kita bisa berlayar menuju New York tanpa masalah," katanya. (Ism)
Disebutkan pula bahwa bahtera itu dibangun dari 30 rusuk kayu dan 3.600 tiang penopang dan kemudian dilapisi dengan aspal. Menurut ahli rekonstruksi, bahtera yang asli memiliki luas setengah ukuran lapangan sepak bola dan dibangun dengan menggunakan tali alang-alang. Jika tali itu diregangkan, panjangnya mulai dari Edinburgh hingga ke London.
Kemudian tim Finkel menggunakan model komputer untuk menguji apakah bahtera dengan skala yang lebih kecil bisa mengapung dan berlayar di lautan. Tim membangun replika kecil mereka di Kerala, selatan barat India selama empat bulan. Dr Finkel mengatakan tim mampu mengikuti setiap petunjuk yang tertulis pada tablet dalam membangun replika tersebut.
Dalam membangun replika ini, tim tidak menggunakan alat-alat modern, perekat atau paku. Namun mereka hanya menggunakan kayu, bambu, daun kelapa dan tali alang-alang untuk menguatkan sambungan. Mereka benar-benar meniru apa yang telah dilakukan orang-orang Mesopotamia 4000 tahun yang lalu.
Seperti yang tertulis dalam tablet kuno, replika bahtera ini kemudian dilapisi dengan aspal di bagian dalam dan luar agar kedap air. Setelah selesai, replika tersebut memiliki berat sekitar 35 ton dan harus ditarik gajah untuk membawanya ke permukaan air.
Namun dalam peluncuran di air, terjadi kebocoran di lambung sehingga diperlukan pompa untuk menyedot air ke luar bahtera. Kendati demikian, Dr Finkel tetap merasa puas karena telah berhasil mewujudkan Bahtera Nabi Nuh secara nyata.
"Di Mesopotamia Kuno, mereka lebih mudah mendapatkan aspal dengan kualitas baik karena aspal keluar seperti sumber mata air," katanya. Sebaliknya tim harus puas dengan aspal India yang mudah mengering namun gampang meleleh saat terkena panas.
Finkel menyalahkan kualitas aspal yang rendah karena desain bahtera yang di tablet adalah kedap air dan menghasilkan kapal yang stabil. Dia memuji desain bahtera dalam tablet sangat efektif dan stabil untuk diajak berlayar.
"Jika kita bisa menggunakan aspal Irak dan menggunakannya dengan cermat dan hati-hati, mungkin kita bisa berlayar menuju New York tanpa masalah," katanya. (Ism)
0 komentar:
Posting Komentar
Mari Kita Budayakan Berkomentar dengan Baik dan Benar Tanpa Unsur SARA